Senin, 15 September 2008

Jangan Hardik Orang Miskin

Jangan Hardik Orang Miskin (JaHOM)

Jangan hardik orang-orang miskin! Mereka adalah bagian dari kehidupan. Punya jiwa dan perasaan seperti kita. Punya hak hidup dan mempertahankannya. Punya harga diri dan ingin menjaganya. Punya cita-cita yang hendak dicapainya.

Mungkin mereka ada di sekeliling kita. Menjadi teman dekat, tetangga, bahkan saudara kita. Hanya karena mereka tak pernah bersuara dan tidak mau meminta-minta, maka kita tidak mendengar jeritan batinnya dan membiarkannya hidup dalam kesempitan.

Apakah kita tetap akan membiarkan kemiskinan menjadi sampah zaman? Tegakah kita membiarkannya lapar, sementara kita sendiri kekenyangan dan tidur nyaman di atas dipan-dipan kemakmuran?

Inilah tempat berbagi cerita, menyapa dan bersahabat dengan orang-orang miskin. Jika anda sependapat dengan kami, punya pengalaman berkaitan dengan kehidupan orang miskin (pernah merasakan jadi orang miskin, pernah membantu orang miskin) atau memiliki kepedulian terhadap nasib mereka, curahkan di sini.

Kami ingin merangkumnya menjadi informasi yang bermanfaat. Pengalaman yang anda tuangkan di sini akan membantu gerakan penyadaran terhadap orang-orang kaya. Kami yakin di negeri ini sudah banyak orang kaya yang peduli pada sesama.

Kami bukanlah lembaga penampung sumbangan, tetapi hanya sebuah gerakan sosial yang berusaha menyuarakan jeritan masyarakat miskin dan juga suara-suara hati orang kaya yang lembut dan mau menyapa orang-orang yang ditimpa kekurangan.

Mudah-mudahan dengan berbagi cerita dan pengalaman, bisa menumbuhkan keyakinan bahwa bangsa ini bisa berjaya. Kita bisa saling bergerak dan memberi contoh dalam mengekspresikan kebajikan.

Untuk memudahkan komunikasi dan agar gampang diingat, gerakan ini kami namakan JANGAN HARDIK ORANG-ORANG MISKIN! dan disingkat JAHOM. Mudah-mudahan akronim ini bisa menjadi kosa kata yang familiar di tengah masyarakat.

Terus terang istilah ini kami adopsi dari kitab suci Al Quran Surah Alma’un.

Cara paling praktis dan efisien untuk mengatasi problem kemiskinan adalah dengan mengamati realita sekeliling, atau melihat realita paling dekat, kemudian langsung bergerak untuk berbuat sesuatu. Bagi yang merasa memiliki harta berlebih, langsung membantunya, bisa dengan jalan memberi sumbangan langsung (konsumtif), tetapi bisa juga dengan memberdayakannya dengan memberi mereka pekerjaan.

Alangkah indahnya jika orang-orang kaya (kelompok aghniya) memiliki kesadaran semacam itu dan terpanggil jiwanya untuk berbuat untuk kemanusiaan. Jika satu keluarga orang kaya bisa membantu satu orang miskin saja, maka logikanya, kemiskinan di Indonesia akan bisa diatasi secara revolusioner.

Data penduduk miskin di Indonesia ada sekian persen dari penduduk negeri ini. Dari sini saja bisa diasumsikan, jika sekian persen yang kaya itu mau menolong saudara kita yang miskin, maka berkuranglah beban pemerintah untuk mengatasi persoalan kemiskinan di negeri ini.

Kemiskinan tetap ada di muka bumi lantaran banyak orang kaya yang menutup hati, mata dan telinga, sehingga enggan berbuat sesuatu untuk menolong sesama. Mereka lebih memilih sibuk mengurusi diri dan menumpuk-numpuk harta demi pemenuhan hasrat pribadi dan kelompoknya.

Menuruti kepentingan diri, tidak akan pernah ada selesainya sampai umur kita habis. Alangkah malangnya nasib orang-orang kaya yang harta bendanya telah menjerumuskan dirinya dalam kebakhilan dan kesombongan. Sia-sialah kehidupannya. Di dunia dicela sebagai pendusta agama dan di akhirat, wallahu a’lam.

Dalam tahap yang lebih parah, orang-orang kaya yang terlalu bakhil akan banyak memiliki musuh yang setiap saat mengancam kehidupannya. Kejadian pencurian, perampokan disertai pembunuhan, penjarahan merupakan contoh paling nyata, dimana kekayaan yang dibakhilkan akhirnya mendatangkan musuh.

Memang ada sebagian orang kaya yang sadar diri bahwa kekayaan yang direngkuhnya sebagian merupakan hak orang miskin. Mereka rela menyumbangkan sebagian rizkinya untuk kepentingan orang yang membutuhkan. Di kalangan muslim misalnya, dikenal berbagai istilah keagamaan yang intinya merupakan anjuran untuk menyantuni fakir-miskin seperti Zakat, Infaq dan Shodaqoh.

Di kalangan non muslim, masing-masing agama juga memiliki anjuran dan aturan untuk berderma dan menolong sesama dengan mengeluarkan sebagian harta.

Konsep yang sebenarnya bagus, tetapi apa artinya kalau hanya menjadi wacana tanpa ada gerakan nyata untuk mempraktekkannya. Sekarang saatnya aksi sosial terus digalakkan. Jadikan perilaku membantu orang miskin menjadi trend di masyarakat, dimana orang-orang miskin ditempatkan pada posisi yang dikasihi, bukan dihardik dan disalahkan.

Yang dibutuhkan sekarang adalah sebuah gerakan bersama untuk saling menyadarkan orang-orang kaya bahwa sebagian rezeki yang mereka simpan, ada hak-hak orang lain yang mesti ditunaikan.

Kukuh S, koordinator JaHOM

www.jahommiskin.blogspot.com. E-mail: jahommiskin@gmail.com